Minggu, Agustus 30, 2015

Menikah Belum Mapan? Siapa Takut?

Beberapa hari lalu di timeline fb saya ada yang memposting isinya “Beruntunglah bagi pasangan yang telah menikah dan mereka berdua memulainya dari bawah. Mensyukuri mobil mereka, karena mereka berdua pernah merasakan panas hujan dengan sepeda motor. Menyenangi spring bed baru mereka, karena mereka berdua pernah tidur bersama di atas sebuah kasur busa kecil terharu dengan rumah pribadi mereka, karena dulu mereka pernah tinggal hanya di sebuah kost. Beruntunglah para pria yang memiliki wanita yang begitu mencintai mereka dan mendampingi di saat-saat perjuangan menuju kehidupan yang lebih baik. Hari ini …belajarlah untuk menghargai pasanganmu bukan karena kekayaannya.” Dilengkapi dengan foto laki-laki dan perempuan yang tertawa gembira menaiki sepeda tua.

Saat membaca postingan tersebut, memori ini langsung membawa saya kembali menelusuri lembaran-lembaran kisah perjalanan saya untuk menuju gerbang pernikahan yang membuat saya jadi tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya.

Saya masih ingat bagaimana sulitnya meyakinkan orang tua saat itu bahwa saya ingin menikah hanya karena calon suami suku Aceh. Luar biasa perjuangannya sampai akhirnya disetujui karena saya selamat dari peristiwa tsunami dan orang tua saya ingin melihat saya bahagia…
Saat menikah kami memutuskan hanya akad nikah saja tanpa pesta dikedua belah pihak karena bagi kami uang itu lebih kami butuhkan untuk membina keluarga karena kami bukan berasal dari keluarga yang kaya raya. Keputusan ini sempat mendapat tantangan dari kedua belah pihak keluarga, tetapi kami tetap meyakinkan keluarga masing-masing dan meminta pengertian kedua orang tua. Kami tidak ingin terlihat mewah dalam pesta tetapi berkedok ngutang sana sini untuk membiayai pesta tersebut. Biarlah seluruh dunia mencemooh (hiperbola dikit ya) kami karna tidak pesta dan dikategorikan miskin tak apa-apa yang penting akad nikah terlaksana.

Beruntung juga kami memiliki teman yang mau membantu kami meminjamkan mobil untuk membawa dara baro ke Mesjid Baiturrahman. Ya akad nikah dilaksanakan di Aceh karena Mesjid ini saksi sejarah yang turut andil melindungi dan menjadi tempat yang menyelamatkan saya dari peristiwa tsunami dan saya ingin momen pernikahan ini berada di masjid bersejarah dalam hidup saya.

Ini peristiwa yang paling lucu dan konyol. Karena miss persepsi antara supir dengan saya, akhirnya mobil hanya mengantar kan rombongan dara baro ke masjid, tetapi saya tidak bisa di jemput karena saat itu berada di tempat rias pengantin. Akhirnya karena sudah jam menunjukkan untuk acara akad di mulai dan mobil tidak ada, saya pun meminjam mobil pick kantor dan menuju masjid raya dengan mobil pickup dengan 4 orang berada di dalam mobil saya, rias pengantin dan Bapak Kost termasuk supir. Saya masih teringat dengan tertawa khasnya bang isa yang sepanjang perjalan tertawa selalu karena melihat saya. Dia mengatakan “sepanjang hidup saya ini pernikahan paling “texas” yang saya jumpai. Dara baro sudah dandan cantik dan bagus naik mobil pick up plus empat orang di dalamnya” berdesakan lagi dan kami terus bicara sambil tertawa dengan lucu dan ntah apalah namanya. Saat menulis ini saja saya tersenyum bila mengingatnya. Waktu itu saya tidak perduli karena yang saya pikirkan saya harus tiba di masjid untuk prosesi akad nikah terserah mau naik pick up kek, becak kek, apa kek, tidak jadi soal. Baru nyadar ternyata saya cuek banget ya….pasti kalo ketemu bang isa dan dia lihat saya dia akan tertawa geli jika mengingat peristiwa itu. Ketawa dulu ah…hahahaha….

Setelah akad nikah selesai, ya sudah tidak ada acara pesta apapun. Saya dan suami menempati kamar kost suami karena saat itu memang kami tidak banyak duit. Dikamar yang pengab tidak ada jendela, dengan kasur lajang setipis-tipisnya itulah kami tinggal. Tidak ada honey moon di hotel mewah atau apapun. Saat itu suami saya sampai sedih karena dia merasa tidak bisa membahagiakan saya. Saya nya mah bilang, tidak apa-apa, saya kan tidak nuntut itu. Kalo saya nuntut itu pasti saya gak akan milih abang, udah tahu miskin ngapain saya pilih. Ceplos saya…akhirnya suami pun tertawa iya juga ya. Tapi waktu itu tetap aja ada rasa sedikit sedih, masa honey moon nya begini ya gak kayak kisah Cinderella (karna saya masih manusia kelezzzz) Rasa itu harus ditepis karena inikan keputusan saya sendiri untuk menikah dengan orang yang saya cintai. Bukan karena harta, bukan karena jabatan dan bukan karena harta warisan…Niatnya membangun keluarga sakinah mawaddah.

Enam bulan tinggal dirumah kost, akhirnya kami bisa menyewa rumah seiring dengan diterimanya saya bekerja dengan gaji lumayan cukup sebagai peneliti lapangan dan suami juga bekerja dengan gaji yang lebih dari cukup untuk kami berdua. Sedikit demi sedikit kehidupan mulai membaik. Dua tahun menikah baru dipercayakan memiliki anak. Tiga tahun menyewa rumah, akhirnya kami bisa membeli rumah tipe 45. Lima tahun menikah kami memiliki anak kedua. Meskipun saat ini masih dengan sepeda motor untuk berempat kami sangat menikmatinya dan bersyukur. Jika kami balik mengingat masa-masa perjuangan menikah, kami akan tertawa lucu karena mengingat semuanya. Ya semuanya diawali dari keterbatasan dana, keterbatasan tempat, keterbatasan sumber daya. Kami hanya punya keyakinan bahwa rezeki anak manusia sudah ada tinggal bagaimana caranya kita menyiapkan tool untuk mengambilnya.

Waktu memutuskan menikah saat itu tanpa kemapanan apapun, kami hanya bermodalkan keyakinan dan niat bahwa yang kami lakukan untuk mencapai Ridha Tuhan.

Jadi bagi yang ingin menikah tapi tidak punya dana jangan takut dan berputus asa. Jika menikah diniatkan karena Allah SWT, maka Allah akan membantu kita. Hanya saja kita yakin tidak dengan pertolongan-Nya. Yuk….jangan takut menikah….perbaiki niat dan teruslah berusaha dan belajar dari proses kehidupan.

Menikah bukan soal mapan atau tidak tetapi menikah soal tujuan jangka panjang....

Alhamdulillah 10 tahun sudah dilalui dengan berbagai suka dan duka serta peristiwa. Hanya berdoa semoga perjalanan ini sampai ke terminal akhirnya nanti bersama, berdua. Aamiin

Thanks buat teman-teman di Matahari dulu, kalian tetap kan ku ingat sepanjang waktu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikah Belum Mapan? Siapa Takut?

Beberapa hari lalu di timeline fb saya ada yang memposting isinya “Beruntunglah bagi pasangan yang telah menikah dan mereka berdua memulain...