Minggu, 27 April 2014; Banda Aceh
Bertemu dengan Ibu Septi adalah sesuatu yang tidak terjadi secara kebutulan menurut saya. Seseorang teman di dunia maya FB, April Lya Rachma, tiba-tiba mengirimkan undangan untuk sharing dengan ibu Septi secara gratis. Berkah luar biasa di hari Minggu. Allah sudah merancang untuk mempertemukan saya dengan Ibu yang Luar Biasa Ini. Mendengarkan penuturan kisah hidupnya dalam membesarkan anak-anaknya dengan basis keluarga sungguh luar biasa. Memberikan motivasi kuat bagi saya untuk dapat menerapkannya pada keluarga kecil saya.
Kisah perjalanan hidup yang dimulai dari nol, yang sebenarnya bisa saja Ibu Septi tidak memilih jalan ini karna pada awalnya Beliau adalah seorang PNS, tetapi karena pekerjaan tersebut bukan minat dan bakatnya, ibu Septi lebih memilih menikah dengan seorang lelaki yang memintanya untuk aktif secara penuh dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya kelak sebagai salah satu jalan melepaskan diri dari PNS. Lucu tapi saya fikir logis karna sesuatu yang dikerjakan bukan dari dasar hati dan sesuai minat akan membuat pekerjaan itu tidak bermakna sama sekali. Hal yang sama yang saya rasakan. Berkaca pada pengalaman sendiri yang masih belum bisa keluar dari belenggu kebebasan.
Semakin lama cerita ibu Septi semakin mengalir. Mulai dari beliau mencanangkan ide untuk menjadikan profesi IBU RUMAH TANGGA Professional itu membanggakan. Kelucuan, kekonyolan, keprihatinan, kekaguman muncul saat ibu Septi menceritakan usaha-usahanya untuk menjadikan profesi Ibu Rumah Tangga Profesional ini dan kini hal tersebut menjadi sebuah brand salah satu usaha di dunia parenting. Semakin kekaguman saya menjadi-jadi. Walaupun saya sudah membaca dan sering mengikuti materi yang disampaikan di Ibu Profesional.com tetapi bertemu orangnya langsung dan menceritakannya langsung membuat saya tidak bisa berkata-kata lagi. Ada yang orang seperti ini. Sangat luar biasa dan sangat luar biasa.
Cerita pun semakin seru tatkala ibu Septi menceritakan tentang anaknya Enes yang kelas 2 SD memutuskan ingin bersekolah di rumah dengan Ibu Septi. Bagaimana mungkin seorang ibu yang menurutnya tidak mungkin bisa memberikan pelajaran kepada anak-anaknya. Tetapi seorang suami yang hebat memberikan motivasi kepada Ibu Septi bahwa Ibu adalah madrasah pertama buat buah hatinya. Dengan penuh keberanian diri menyetujui keinginan anak-anaknya. Bukannya memberikan pelajaran sebagaimana di sekolah, Ibu Septi malah mengajak anaknya bermain sampai usia kelas 4 SD. Mulai dari belajar naik angkot, naik kereta, mengunjungi pasar, kebun binatang, kebun raya bogor, ke kolam renang dll. Acara di isi dengan bermain, bermain, dan bermain. Mulailah sejak usia memasuki kelas 4 SD ibu Septi mulai memberikan pelajaran yang hanya di UN kan saja saat itu. Untuk pelajaran-pelajaran yang Ibu Septi tidak mengerti, Beliau mencarikan guru yang bisa memberikan pemahaman kepada anak-anak. Ya sepintas apa yang dilakukan Ibu Septi seperti yang dilakukan oleh Ibunya Thomas Alva Edison.
Cara belajar yang dilakukan Ibu Septi ada 4 tahapan yaitu :
- Bermain
- Memaknai Aktivitas sehari-hari
- Ngerjain Proyek
- Nyantik : Belajar sukses dari orang sukses.
Sejak kecil anak-anak sudah mulai di biasakan dengan proyek kecil-kecil. Mula-mula dari proyek rumah tangga, siapa yang bertanggungjawab membersihkan kamar mandi, mencuci piring, menyiram tanaman dan lain-lain. Ini dilakukan bergilir. Selanjutnya setelah mulai usia 9 tahun dibiasakan menyusun proyek yang lebih besar. Seperti enes dengan project daur ulang sampah, ara dengan moo’s projectnya, elan dengan project robot dari bahan yang recycle. Sungguh anak-anak menjadi luar biasa ditangan orang tua yang luar biasa. Selain itu keluarga juga memiliki project tahunan. Setiap tahun bergantian menjadi pemimpin project dan setiap anggota project harus mematuhi perintah dari pemimpin project. Selain itu keluarga juga mempunyai strategi terkait siapa yang akan diorbitkan setiap tahun. Semakin membuat saya terpukau. Keluarga dikelola sangat profesional dengan menerapkan ilmu-ilmu management dan team work. Wow hebat memang, selama ini mengetahui ilmu management hanya sekedar ilmu. Sedikit sekali diterapkan dan tidak terintegrasi. Keluarga ini sangat menginspirasi untuk memulai menyusun sebuah keluarga layaknya sebuah perusahaan yang mempunyai visi, misi, strategic planning, financial planning dll. Semakin membuat saya menggebu-gebu dan sangat tertarik menikmati cerita ibu ini sambil membayangkan bahwa saya akan menerapkan hal tersebut dan sudah terbayang keberhasilan dan kesuksesan di depan mata. Indahnya pikir saya :-)
Yang membuat saya semakin salut bahwa beliau tidak hanya mendidik anak-anaknya tetapi juga mengembangkan bisnis yang berkaitan dengan dunia parenting tanpa meninggalkan rumah. Perusahaan demi perusahaan pun bermunculan ibarat jamur di musim hujan. Pesan yang sangat penting menurut saya yang harus perempuan ikutin bahwa perempuan harus melek teknologi di jaman sekarang ini. Manfaatkan segala kecanggihan teknologi untuk bermanfaat buat keluarga dan masyarakat. Harus belajar, belajar dan terus belajar. Harus berkarya, menjadikan kendala menjadi tantangan, harus kreatif, dan mempunyai impian yang besar serta tekad untuk mewujudkan impian tersebut.
Teringat dengan impian; ternyata keluarga ibu Septi mempunya impian bersama yang selalu mereka ucapkan bersama-sama saat melihat tempat yang sesuai dengan impian mereka dan mengaminkan impian tersebut yaitu Kami ingin tinggal di rumah yang menghadap hamparan air, berpunggung gunung dan dibelah aliran air berbebatuan; dengan pendapatan US$. Semakin memberikan rasa kagum semakin menjadi-jadi. Saya membayangkan alangkah indahnya kalo saya bisa mendidik anak saya sendiri (membayangkan qaisra dan fathir sambil merasa bersalah dan meneteskan air mata) dan melihat mereka berhasil di tangan saya. Selama ini waktu lebih banyak di kantor dan hanya sisanya untuk stimulasi saja sudah membuat anak-anak saya luar biasa. Bagaimana seandainya jika saya mengalokasikan seluruh waktu saya untuk anak saya betapa mereka akan menjadi lebih luar biasa dan sangat luar biasa. Pastinya…itulah yang terpikir di benak saya dan semakin membuat saya merasa bersalah. Ya Tuhan betapa dilema nya merasakan perasaan yang terkungkung seperti ini. Ingin sekali bisa terbebas dari rutinitas harian yang tidak bermakna sehari-harinya. Melakukan tapi tanpa makna hanya sekeder rutinitas harian.
Yang paling saya ingat juga bahwa Ibu Septi pertama sekali menanamkan nilai-nilai kepada anak-anaknya dibandingkan pendidikan akademisnya. Anak hanya belajar terkait Noble Attitude; Art of discovery and Invention; Creative of Imagination; Intelectual Curiosity. Ke empat pilar ini yang harus diajarkan kepada anak. di dalam mendidik anak berbasis keluarga pasti tidak lempang-lempang aja. Ibarat kehidupan aka nada badai, hujan, petir yang datang. Tetapi tetap ada penyemangat yang harus selalu diingat and diyakini yaitu :Sesungguhnya pada setiap kesulitan ada kemudahan QS. 94 : 5 – 6 dan Ketika situasi terasa sangat sulit Nyaris tak tertahankan Yakinlah Bahwa rahmat Allah SWT Sudah sangat dekat (Pesan Sahabat Saya).
Penyemangat itulah yang menjadikan ibu Septi menjadi perempuan yang luar biasa yang mampu mengantarkan anaknya di usia 15 tahun menjadi mahasiswa termuda di Universitas di Negeri Singapura. Dan sekarang untuk Elan yang usia 8 tahun bercita-cita akan ke Jerman untuk mencapai impiannya menjadi seorang ahli robot. Kesuksesan keluarga ini bukan semata-mata hanya kesuksesan Ibu Septi seorang tetapi saya melihat ini adalah kesuksesan sebuah keluarga. Ayah, Ibu, dan anak-anak bekerja secara tim untuk mencapai goal bersama. Teringat pesan ibu Septi bahwa untuk menerapkan pendidikan berbasis keluarga harus terlebih dahulu menyelesaikan urusan antara suami dan istri kemana arah rumah tangga mau di bangun. Kalo hal ini tidak clear antara suami dan istri maka sudah dipastikan pendidikan berbasis keluarga akan sulit diterapkan.
Terima kasih Bu Septi sungguh sharing yang membuka mata, hati, pikiran, jiwa, dan impian-impian semakin membumbung tinggi. Semoga saya dan keluarga bisa mengikuti jejak kesuksesan yang ibu sudah lakukan. Semakin rindu untuk selalu berkomunikasi dan sharing dengan ibu. Semoga suatu saat bisa bertemu lagi Ibu Septi. Terima kasih atas segala ilmu yang diberikan, semoga menjadikan amal jariyah di yaumil akhir kelak. Aamiin…
Terima kasih khusus buat April Lya Rachma atas undangannya. acaranya sangat bermanfaat sekali. tapi sayang sekali karena yang hadir sedikit. Ke depannya bisa dihadirkan kembali dengan peserta yang lebih banyak agar kebaikan-kebaikan ini bisa dipraktekkan keluarga-keluarga yang ada di aceh untuk menghasilkan keluarga yang berkualitas. Insya Allah siap untuk bergabung di ibu profesional aceh ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar