Senin, Juni 01, 2015

LELAKI TUA PEMETIK DAN PENJUAL MANGGA

Sabtu, 30 Juni 2015 saatnya berburu barang kebutuhan dapur untuk seminggu ke depan. Selain belanja kebutuhan utama, biasanya saya dan suami selalu belanja buah2an lokal. Karena saya pelaku Food Combining (FC) yang mengharuskan sarapan dengan beberapa jenis buah. Pasar tradisional menjadi sangat menyenangkan bagi perburuan buah yang saya lakukan. Karena saya akan mendapatkan buah yg masih alami berasal dari kebun para penjualnya.

Kebetulan bulan ini syurganya bagi para pencinta buah mangga. Ya salah satunya saya. Buah mangga yang dibeli pada pedagang kaki lima di pasar tradisional biasanya buah mangga yang masak langsung di pohonnya. Kulitnya menunjukkan warna kekuning-kuningan begitu di buka, laziz....manis banget beda kalo kita beli di pedagang khusus buah biasanya masak karena di peram.

Kali ini saya tidak ingin bercerita tentang buah mangga, tetapi yang ingin saya ceritakan tentang penjual mangga itu sendiri. Salah satunya Lelaki Tua penjual mangga tersebut. Sangat menyesal saya lupa mengingat namanya. Sabtu kemarin kali kedua membeli mangga di tempat Bapak tsb karena merasa puas dengan buah mangga yang manis dan ranum.

Interaksi kedua kali ini waktunya sangat singkat tetapi kami masih sempat mendapatkan penjelasan ttg asal mangga tsb. ya dugaan kami ternyata benar bahwa mangga yang dijajakan masak di pohon. Setiap hari si Bapak menjajakan mangga dengan membawa dua keranjang rotan besar. Kadang2 satu keranjang sesuai dengan banyaknya buah yang sudah matang di pohon.

Ternyata buah mangga tsb adalah milik si Bapak sendiri. Berasal dari pohon2 mangga yang di tanam di kebunnya seluas 6 ha. Wow...kami sempat terkejut, luas sekali kebun yang dimiliki si Bapak. Diceritakan bahwa kebunnya sudah di tawar pengusaha dihargai sederetan ruko ditepi jalan utama. Kt si Bapak, kalo dia mau jual tanahnya kekayaan di milikinya mencapai 20 Milyar ya karena letaknya sangat strategis masih di kota dekat dengan jalan utama. Tetapi si Bapak tidak mau menjualnya.

"Saya senang menjual mangga, katanya. Dari hasil mangga inilah saya bisa menyekolahkan anak-anak saya, ujarnya bahagia dan bangga. Sekarang mereka sudah bekerja semua ada yang pegawai pemda, pegawai PLN dll. Anak-anak saya sudah melarang saya jualan, tapi saya tetap jualan karna saya suka. Saya yang petik mangga ini sendiri dan saya yang jual. Sudah banyak pedagang pengumpul yang menawar membeli mangga saya, tapi saya tidak mau jual, ujarnya.
Karena selagi saya mampu, akan saya petik sendiri dan saya jual sendiri. SAYA SENANG MELAKUKANNYA DAN SAYA BAHAGIA. Ujarnya.

Saya tertegun mendengarkan kalimat terakhir si Bapak, "saya senang melakukannya dan saya bahagia"...menohok sekali bagi saya.  Bagi sebagian orang saat ini yang memiliki tanah luas umumnya pasti akan memilih menjualnya dan membagi-bagikan harta kemudian hidup dengan menghabiskan uang tersebut. tetapi bagi Bapak tsb, harta bukanlah segalanya. Bapak ini memiliki passion hidup yang membuat jiwanya tenang dan bahagia ya hanya dengan "memetik mangga sendiri dan menjualnya sendiri" adalah kunci kebahagiaannya. usianya yang sudah tua dan memiliki harta tidak membuatnya lalai dan berfoya-foya tetapi tetap hidup dengan kerja keras, sederhana dan low profile.

Saya jadi tertegun, mungkin bagi orang lain, profesi pemetik mangga dan penjual mangga adalah profesi rendahan, tetapi bagi Bapak tsb profesi itu adalah panggilan jiwanya yang membuatnya tetap tersenyum dan bahagia menjalaninya.

Sekali lagi saya belajar tentang passion dari seorang lelaki tua penjual mangga.
Ketika passion itu sudah ada di diri kita, pekerjaan apapun akan kita lakukan dengan jiwa bahagia

#belajardarikehidupan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikah Belum Mapan? Siapa Takut?

Beberapa hari lalu di timeline fb saya ada yang memposting isinya “Beruntunglah bagi pasangan yang telah menikah dan mereka berdua memulain...