Ini adalah pengalaman kedua ku melahirkan secara sectio Caesaria (SC). Bukan nya aku tidak ingin melahirkan secara normal, tapi nasibku berkata lain. Tulang panggul yang sempit membuat aku tidak bisa memilih untuk melahirkan normal. Usaha untuk normal sudah ku tempuh tapi ternyata tidak berhasil. Aku sangat berharap di persalinan ke dua ini secara normal. Banyak sekali keuntungan jika kita bersalin secara normal. Namun yang sangat penting bagiku adalah aku ingin agar bisa melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan bisa langsung memberikan ASI. Sementara saat ini belum banyak RS yang melakukan IMD paska SC. Untuk menyusui pun sangat susah paska operasi, berdasarkan pengalaman persalinan anak pertamaku.
Namun hasrat dan tekad yang kuat agar bisa memberikan ASI Ekslusif kepada anak ke dua ku membuat aku tidak patah semangat. Sebelum melahirkan aku membaca artikel-artikel tentang memberikan ASI Paska operasi. Hal inilah yang kurang ku ketahui saat persalinan anak pertama. Karena aku tidak pernah berharap saat itu persalinan secara SC, sehingga bekal pengetahuan tentang SC sangat minim.
Di persalinan ke dua ini aku ingin segera memberikan ASI kepada bayiku. Namun hal itu baru bisa ku lakukan 3 jam setelah operasi karena menurut perawat di RS, bayiku diduga terminum air ketuban sehingga harus di periksa secara intensif. Saat itu aku sangat sedih karena setelah operasi selesai aku sebenarnya ingin sekali langsung bisa memberikan ASI karena 30 menit pertama adalah Sangat Berharga. Mengapa Begitu
Selain refleks hisap bayi paling kuat pada waktu tersebut, manfaatnya banyak sekali. Bukan cuma bagi bayi, tapi juga Ibu. Misalnya, aneka rangsangan yang diterima selama berlangsungnya kegiatan menyusui akan membantu mengoptimalkan proses tumbuh kembang otak bayi. Selain itu, risiko ibu mengalami perdarahan dan anemia bisa berkurang, karena hormon oksitosin yang keluar selama menyusui akan merangsang rahim berkontraksi dan kembali lebih cepat ke bentuk semula.
Kegiatan menyusui sedini mungkin ini juga berarti memberi kesempatan pada si kecil untuk menerima kolostrum (ASI yang keluar sejak hari ke-1 sampai ke-14 setelah melahirkan). Selain kandungan gizinya bisa memenuhi kebutuhan bayi, cairan berwarna bening kekuningan ini mengandung zat kekebalan tubuh. Dengan begitu, si kecil akan terlindung dari beberapa penyakit infeksi (terutama diare) dan memperoleh imunitas (kekebalan tubuh).
Akhirnya setelah 3 jam paska operasi baru aku bisa menyusui bayiku. Saat Perawat mengantar bayi, mereka berpesan bahwa bayi ku akan di ambil pukul 21.00 Wib dan menyarankan kami untuk membeli susu formula (Sufor). Saat itu aku meminta agar bayi tidur sekamar denganku karena aku ingin menyusui bayiku. Dengan alasan bahwa bayiku selama 3 hari harus di suntik agar paru-parunya tidak infeksi, perawat keberatan dengan permintaanku. Tapi aku tetap bersikeras bahwa aku ingin menyusui bayiku. Boleh bayiku tidur di ruang bayi tetapi kalau dia terbangun malam dan menangis karena haus, perawat itu harus membawa ke kamarku untuk di susui. Perawat tsb keberatan karena yang dinas malam hanya 2 orang dan itu merepotkan mereka harus bolak-balik dari ruang bayi ke kamarku. Tapi aku tetap ngotot agar bayi tidur sekamar denganku dan tidak akan membeli susu formula. Segala usaha dan alasan mereka ajukan agar bayiku bisa dibawa kembali ke ruang bayi. Tetapi dengan berbagai alasan pula aku menolak permintaan mereka. Akhirnya mereka menyetujui dan mengatakan “ibu susui dulu bayinya dan kita lihat ASI nya banyak atau gak. Nanti jam 23 .00 WIB bayinya kami jemput.” Aku diam dan tidak menjawab. Dalam hati aku berkata, bayiku akan tetap bersamaku.
Ternyata malam itu mereka tidak jadi mengambil bayiku. Keesokan harinya saat menjemput untuk memandikan bayiku, perawat tsb menanyakan apakah produksi ASI ku lancar atau gak. Dan menyarankan agar membeli susu formula. Dengan yakin aku mengatakan ASI ku lancar. Padahal saat itu aku tahu ASI ku masih sedikit. Namun dengan berbekal pengetahuan bahwa selama 2-3 hari bayi masih bisa bertahan tanpa cairan dan hanya membutuhkan sedikit, aku tidak terpengaruh oleh rayuan perawat. Ternyata mereka masih merayuku untuk merelakan agar bayiku berada di ruang bayi saja. Tetapi dengan mantap dan tegas aku mengatakan bahwa ASI ku lancar. Mereka mengatakan bahwa bayiku harus di suntik jam 5 pagi. Dengan tegas juga aku meminta agar mereka menjemput dari kamar ku kalau dokter anaknya sudah tiba. Dengan alasan hanya 2 orang yang dinas, mereka keberatan. Dengan tidak habis akal, aku mengatakan kalau memang mereka tidak bisa menjemput, tidak apa-apa. Suamiku yang akan mengantar bayiku ke ruang bayi. Perawat tsb pun tidak bisa berkata-kata lagi. Akhirnya bayiku tetap bisa sekamar denganku dan memberikan ASI setelah berdebat dengan perawat.
Berdasarkan pengalaman ini aku ingin menghimbau kepada para calon ibu muda bahwa banyak sekali tantangan saat kita mau memberikan ASI khususnya paska operasi. Selain kondisi seperti yang telah ceritakan di atas, kondisi fisik kita juga tidak mendukung untuk memberikan ASI. Rasa sakit yang luar biasa saat harus tidur miring setelah operasi untuk memberikan ASI dan tulang punggung yang nyeri dan rasa perih di bagian operasi membuat ku selalu menangis. Betapa beratnya perjuangan untuk memberikan ASI tsb. Namun saat mengingat bahwa bayiku akan tumbuh sehat nantinya maka rasa perih dan sakit itu harus tetap dirasakan.
Pesan nya adalah Kalau kita Yakin bahwa kita bisa maka tantangan apapun pasti akan bisa kita lalui. Salah satu tugas perempuan adalah menciptakan SDM/generasi berkualitas. Salah satu caranya adalah dengan memberikan ASI sebagai dasar dan pondasi pertama untuk membentuk SDM yang berkualitas.
Salam hormat dan bangga saya bagi perempuan-perempuan yang berjuang untuk memberikan ASI bagi putra putrinya apalagi kalau bisa memberikan ASI Ekslusif. Semoga Amanah yang Allah titipkan buat kita bisa kita rawat sebaik-baiknya. Dan kelak ada kebanggaan dan kepuasaan saat Pemilik nya meminta pertanggungjawaban kepada kita atas amanah yang dititipkan tsb. Amin…..
Share khusus kepada para perempuan yang lagi menunggu proses kelahiran dan calon ibu muda.
Banda Aceh, 21 Juni 2010
Blog ini wadah untuk berbagi informasi, curahan hati, gejolak pemikiran dan perasaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menikah Belum Mapan? Siapa Takut?
Beberapa hari lalu di timeline fb saya ada yang memposting isinya “Beruntunglah bagi pasangan yang telah menikah dan mereka berdua memulain...
-
Di Indonesia, seringkali kita rancu dan bingung dengan istilah Talented dan Gifted yang keduanya diterjemahkan dengan kata Bakat. Kadangka...
-
Minggu, 27 April 2014; Banda Aceh Bertemu dengan Ibu Septi adalah sesuatu yang tidak terjadi secara kebutulan menurut saya. Seseorang t...
-
Kalau tidak menjadi pegawai di Departemen Keuangan khususnya Ditjen Pajak, kemungkinan besar aku pasti seperti kebanyakan orang yang tid...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar